DREAMERS.ID - Selesai Pilkada DKI Jakarta, tak membuat media sosial mereda panasnya. Justru semakin banyak isu-isu penebar kebencian hingga berita hoax yang cukup meresahkan masyarakat. Belum lagi buntut persekusi yang kini marak terjadi dan sudah memasuki ranah hukum.
Fenomena ini dikatakan seorang Sosiolog sekaligus peneliti Provetic Indonesia Roby Muhamad, jika pendidikan tinggi tak menjamin seseorang mampu menggunakan logika atau rasa rasionalitas lebih tinggi saat menggunakan media sosial.
Dikatakan Roby, semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang justru memperbesar peluang orang tersebut semakin mudah terpengaruh negatif atau bias di media sosial. Meski begitu, bias media sosial atau pengaruh negatifnya bisa menyerang siapa saja.
Baca juga: Indonesia Punya Nilai Ekonomi Digital Terbesar Asia, Jokowi Curhat Medsosnya Penuh Iklan Penggemuk
"Orang yang pendidikannya tinggi cenderung percaya diri bahwa apa yang dia percayai itu benar. Karena terlalu percaya diri dia tidak melakukan cek dan ricek apakah yang dilakukannya itu, informasi yang diperolehnya itu benar atau tidak," ungkap Roby, Kamis (8/6)."Orang yang tidak berpendidikan juga tetap rentan terkena risiko, tapi dengan alasan yang berbeda. Mereka tidak mampu melakukan proses rasionalisasi, menilai, mengevaluasi apakah sebuah konten ini buruk atau tidak," katanya melansir MetroTvNews.
Terlepas dari pendidikan dan sisi rasionalitas seseorang, pada dasarnya manusia memang memiliki dasar inti yang ingin dirinya paling benar. Manusia memang selalu meyakini kebenaran informasi yang didapatkannya meski ternyata salah.
(rei)