DREAMERS.ID - Deretan desainer tanah air baru saja menunjukkan koleksi busananya dalam Jakarta Fashion Week 2018 yang digelar pada akhir Oktober lalu. Mewah, elegan, dan kekinian tercermin dari para model, termasuk tiap sudut venue fashion show tersebut, yang digelar di Senayan City Mall, Jakarta Pusat.
Namun, di balik gemerlap JFW yang sudah berumur 10 tahun itu, justru terdapat sisi gelap yang mungkin tak banyak diketahui orang. Femina Group sebagai penggagas sekaligus pelaksana gelaran fashion tahunan bergengsi di tanah air itu, tengah diterpa kabar miring. Sejumlah karyawannya dikabarkan menerima gaji dengan sistem cicil sejak awal 2016.
Melalui Lembaga Bantuan Hukum Pers, Forum Komunikasi Karyawan Femina Grup menyampaikan beberapa tuntutan, termasuk soal kejelasan sistem pembayaran gaji pegawai. Seorang pegawai Femina Grup yang tak disebut identitasnya mengatakan bahwa gajinya dibayar dengan cara dicicil, masing-masing 50 persen setiap tanggal 15 dan 25.
Awalnya ia tak keberatan lantaran merasa lebih hemat. Namun, per Juli 2017, gaji dia dan semua karyawan Femina Group mulai tak jelas. Terkadang gaji dicicil lebih dari dua kali, dengan skema persentase tak tentu. Bisa hanya 10:10:20 persen atau 40 persen, tetapi tidak pernah mencapai 100 persen lagi.
Baca juga: JFW Gelar Fashion Show Virtual Lewat Revival Fashion Festival
Dalam rilis LBH Pers, gaji karyawan yang dicicil jelas merepotkan bagi pekerja yang sudah berkeluarga. Seperti yang dialami Ayu (nama samaran) yang memilih keluar dari Femina Group pada awal tahun ini. Awalnya ia memilih bertahan dengan harapan mendapatkan asuransi untuk biaya persalinan.Namun nyatanya saat melahirkan, ia tak bisa mengklaim asuransi dari perusahaan. Pihak rumah sakit pada waktu itu hanya menjelaskan bahwa asuransi yang ia miliki "tidak aktif."Melansir dari Tirto.id, Nawawi Bahrudin, Direktur Eksekutif LBH Pers mengatakan, “Ya mereka sih mengajukan alasan klasik. Oplah yang menurun dan keuangan yang bermasalah,” alasan Femina Group mencicil gaji pegawainya. “Mereka bilang masih sedang hitung aset yang akan dijual lalu memenuhi hak karyawan. Tapi, kan, ketahanan karyawan beda sama perusahaan,” imbuhnya.
Masalah gaji karyawan yang dicicil tentu menjadi ironi di balik megahnya gelaran Jakarta Fashion Week yang merupakan pekan mode terbesar serta disebut-sebut paling berpengaruh, tak hanya di Indonesia melainkan juga di Asia Tenggara sejak 2008.
Terkait hal itu, Femina Group justru mengklaim Jakarta Fashion Week merupakan salah satu upaya perusahaan untuk bertahan dari krisis global yang menimpa industri media cetak. Lewat siaran pers dari pengacara Femina Group, ajang fashion itu dianggap "berperan sangat penting dalam mendukung kelangsungan usaha Femina Group."
(fzh)
