DREAMERS.ID - Efek sebuah perang bisa berlanjut pada hilangnya simpati, hingga rasa dendam dan tak ingin lagi memiliki hubungan dengan pihak lawan. Yang terburuk, bisa jadi perang terus berlanjut dan berlarut-larut tanpa ada pihak yang mengalah.
Namun sepertinya masyarakat muda Korea Selatan memiliki pandangnan lain terkait sejarah negaranya yang membuat Korea terpecah menjadi dua negara saudara yang terpisah, Selatan dan Utara. Mereka dibuktikan melalui jajak pendapat justru memiliki pandangan positif tentang penyatuan keduanya.
Jajak pendapat itu baru dilakukan oleh Komite Unifikasi dan Hubungan Luar Negeri di Majelis Nasional. Survei tersebut, dilansir laman VOA Indonesia via Liputan6, dilakukan pada awal November yang melibatkan lebih dari 1.000 mahasiswa dari berbagai penjuru Korea Selatan.
Hasil survei menunjukkan 52.8% menjawab jika ‘unifikasi diperlukan’. Hal ini lebih dari dua kali lipat daripada yang menentangnya, yaitu 26.1%. Peneliti Park Ju Hwa dari Korea Institure National Unification pun memberikan paparan dugaannya.
Baca juga: Gyeongju di Panggung APEC: Di Mana Sejarah dan Budaya Korea Menyapa Dunia
Menurutnya, dimungkinkan pendekatan Korea Utara yang lebih bersahabat kini terhadap Seoul dan jangkauannya ke komunitas global mepengaruhi suara anak muda Korsel mendukung dua Korea bersatu.Park juga menambahkan tidak adanya uji coba nuklir atau misil tahun lalu, ditambah pertemuan Presiden Korsel Moon Jae In dengan pemimpin Korut Kim Jong Un dianggap membawa perubahan dalam pikiran orang muda.
Direktur Youth and Future, Jeong Hyun-gon menambahkan fokus global terhadap pembicaraan dengan Pyongyang membantu membuat para mahasiswa itu menjadi lebih tertarik pada masalah tersebut dibandingkan dengan sebelumnya.
Data survei lebih jauh menunjukkan 42,1 persen responden beralih dari semula berpandangan negatif menjadi positif mengenai Korea Utara setelah KTT Pyongyang.
(rei)
