DREAMERS.ID - Selesai dengan kontroversi program sekolah sehari penuh atau full day school yang akhirnya dibatalkan, kini Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy mengemukakan rencana baru yang diprotes masyarakat.
Tak tanggung-tanggung, mereka yang angkat bicara termasuk dari Masyarakat Peduli Pendidikan yang terdiri dari LSM, pakar, serikat guru hingga orangtua murid menilai Muhadjir mendukung budaya kekerasan. Ada apa?
Isu ini mencuat setelah Muhadjir menyatakan sanksi fisik kepada siswa adalah cara alternatif memperkuat mental anak. Berbagai pihak memandang situasi apapun tetap tidak membenarkan anak untuk mengalami segala bentuk kekerasan.
Terlebih, karena Indonesia terikat dan diatur oleh Konvensi Hak Anak Internasional yang diratifikasi melalui Keppres 36/1990 dan UU 35/2014 tentang Perlindungan Anak.
"Indonesia terikat pada konvensi tersebut, sehingga kekerasan dalam dunia pendidikan tidak bisa ditoleransi," ujar Pengacara Publik Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia Jakarta Alldo Fellix Januardy.
Namun hal ini ditampik oleh Menteri Muhadjir yang menurutnya sanksi fisik dari guru dapat ditoleransi dalam batasan tertentu. Sanksi fisik dapat dilihat sebagai pendidikan tegas jika kesalahan anak melampaui batas.
"Pendidik bukan hanya memberikan curahan kasih sayang, untuk bentuk pribadi anak yang kuat dan tangguh juga tahan banting. Itu tidak bisa tanpa pendidikan yang keras," kata Muhadjir melansir CNN.
(rei)